Sunday, April 3, 2011
FILSAFAT ILMUN PENGETAHUAN: PROF KONRAD KEBUNG, Ph.D

- Hubungan filsafat dengan ilmu dan pengetahuan
- Hubungan filsafat dengan kehidupan masyarakat, kebudayaan dan gerak peradaban
- Hubungan filsafat dengan perilaku dan tindakan manuasia(Etika)
- Sejarah perkembangan ilmu sejak jaman klasik sampai kontemporer
- Sejarah pembentukan cara berpikir manusia
DATA BUKU
JUDUL : Filsafat Ilmu Pengetahuan
PENULIS : Prof. Konrad Kebung Ph.D.
PENERBIT : Prestasi Pustaka Publisher.
[]
Monday, January 10, 2011
PENGANTAR LOGIKA

Merujuk dari pemikiran Irving M Copi (introduction to logic, 1959:51). Dalam buku itu diaungkap berbagai bentuk arguymen yang rancu, dan selajutnya dikelompokkan menjadi dua besar, yakni;
1. Formal Fallacy atau Kerancuan Formal
2. Informal Fallacy atau Kerancuan Informal.
Kerancuan Revelansi adalah kerancuan pada argumen yang premis-premisnya secara logikal tidak relevan. secara substansial ridak ada sangkut pautnya dengan kebenaran atau kesalahan dari kesimpulan yang mau ditegakkan oleh premis-premis yang diajukan.
Artinya, antara premis-premis dan kesimpulan tidak terdapat hubungan logikal. Cara penyampaian mempengaruhi aspek psikologis sehingga antara premis dan kesimpulan terdapat hubungan logikal.
Irving M. Copi mengemukakan 10 jenis Kerancuan Relevansi:
1. Konklusi Tidak Relevan/Irrelevant Conclusion/Ignoratio Elenchi
Terjadi bila 1 argumen yang seharusnya dimasukan tidak mendukung 1 kesimpulan tersebut, namun diarahkan dan digunakan untuk membenarkan 1 kesimpulan yang lain.
2. Merujuk kekuatan/Argumentum ad Baculum/Appeal to Force
Terjadi bila orang dengan mendasarkan diri pada kekuatan/ancaman penggunaan kekuatan memaksakan agar 1 kesimpulan diterima atau disetujui.
3a. Argumentum ad Hominem/Abusive
Terjadi bila suatu argumen diarahkan untuk menyerang pribadi orangnya, dengan menunjukkan kelemahan/kejelekan orang tersebut dan tidak berusaha secara rasional membuktikan bahwa apa yang dikemukakan orang yang diserang itu salah.
3b. Argumentum ad Hominem/Circumstantial
Terjadi sebuah argumen diarahkan pada pribadi orangnya dalam kaitan dengan situasi/keadaan orang itu sendiri.
4. Argumentum Ignorantiam
Terjadi bila suatu hal dinyatakan benar semata-mata karena belum dibuktikan bahwa hal tersebut salah/sebaliknya suatu dinyatakan salah karena belum dibuktikan bahwa hal itu benar.
5. Argumentum ad Misericordiam/Appeal to pity/Rasa Iba
Terjadi bila rasa kasihan digugah untuk mendorong diterimanya /disetujuinya suatu kesimpulan. Terjadi pencampuradukan perasaan dan jalan pikiran orang sehingga terdorong untuk menyetujui/tidak menyetujui sesuatu.
6. Argumen ad Populum
Terjadi bila orang berusaha mengemukakan dan memenangkan dukungan untuk suatu pendapat/pendirian dengan jalan menggugah perasaan/emosi; membangkitkan semangat berkobar-kobar pada masyarakat.
7. Argumentum ad Verecundiam
Terjadi bila usaha memperoleh kebenaran/dukungan atas suatu kesimpulan/pendapat dilakukan dengan jalan mendasarkan diri pada kewibawaan orang terkenal, namun keahlian terletak di bidang lain.
8. False Cause/Kausa Palsu
Terjadi dengan cara menyatakan adanya hubungan kausal (sebab-akibat) antara 2 hal pada hubungan kausal itu tidak ada.
9. Complex Question/Pertanyaan Majemuk
Terjadi bila diajukan 1 pertanyaan majemuk tapi kemajemukannya tidak diketahui/ dikaburkan dan untuk pertanyaan tersebut dituntut hanya 1 jawaban tunggal.
10. Begging the Question/ Petitio Principii
Mengasumsikan kebenaran dari apa yang mau dibuktikan sebagai benar dalam upaya untuk membuktikan kebenarannya. Sering penggunaan kata-kata untuk mengungkapkan argumen ini mengaburkan fakta bahwa tersembunyi dalam salah 1 dari premis-premis yang diasumsikan tercantum kesimpulan.
Monday, November 1, 2010
KEBENARAN DALAM MATRIK
KEBENARAN DALAM MATRIK: SUMBER Rangkuman Ilmu Perbandingan Agama dan Filsafatà Dr. Ali Anwar, MSi, dan Drs. Tono TP.)
TEORI KOHERENSI | |
Teori kebenaran saling berhubungan | |
Perumusan | Protagoras, dikembangkan : Hegel (abad 19) |
Prinsip | Deduksi (Umum -- Khusus) |
Tingkat Kebenaran | Kuat/lebih meyakinkan |
URAIAN/CONTOH | |
· Sesuatu itu benar jika ia mengandung yang koheren, artinya kebenaran itu konsisten dengan kebenaran sebelumnya · Kebenaran ialah kesesuaian antara suatu pernyataan dan pernyataan lainnya yang sudah lebih dahulu kita ketahui dan diakui benar · Suatu kepercayaan adalah benar bukanlah karena bersesuaian dengan fakta, melainkan karena ia bersesuaian atau berselarasan dengan binaan pengetahuan yang kita miliki |
TEORI KORESPONDENSI | |
Suatu itu benar jika ada yang dikonsepsikan sesuai dengan obyeknya (Fakta) | |
Perumusan | Bertrand Rusel (1872-1970), awalnya Aritoteles |
Prinsip | Induksi (Khusus--Umum) |
Tingkat Kebenaran | Tingkat kebenaran agak rendah karena sifat metode induksi itu sendiri |
URAIAN/CONTOH | |
· Kebenaran dicapai setelah diadakan pengamatan dan pembuktian (Observasi dan Verifikasi) · Kebenaran itu berupa kesesuaian (korespondensi) antara apa yang dimaksud oleh suatu pendapat dan apa yang sungguh-sungguh merupakan fakta |
TEORI PRAGMATIS | |
Suatu itu benar jika menimbulkan akibat positif | |
Pencetusnya | Charles S, Pierce (1835-1914) |
Para Ahlinya | William James (1842-1910), Jhon Dewey (1859-1952) |
Tingkat Kebenaran | Lemah (ada unsure subyektivisme) |
URAIAN/CONTOH | |
· Benar tidaknya suatu pendapat, teori, atau dalil semata-mata beragantung pada faedah dan tidaknya pendapat tersebut bagi manusia untuk bertindak dalam penghidupannya yaitu ada nilai praktis, ada hasilnya, berguna, memuaskan (satisfies), berlaku (work) · Bagi pragmatism, suatu agama bukan benar karena Tuhan yang disembah atau Tuhan itu benar-benar ada, tetapi karena pengaruhnya yang positif dan berkat kepercayaan itu, masyarakat jadi tertib |
Sunday, October 31, 2010
ILMU PERBANDINGAN AGAMA DAN FILSAFAT.

Hasil sadapan sebagai berikut:
ILMU ( Yang dimaksud Ilmu Pengetahuan)
· Ilmu adalah hal-hal yang diketahui (keseluruhan dari kebenaran-kebenaran yang terkait antara satu dan lainnya secara sistematis)
· Ilmu adalah hal-hal yang kita dapat mengetahui sesuatu (kemampuan untuk menarik kesimpulan dari sejumlah data tertentu dan dengan cra tertentu)
· Ilmu adalah pengetahuan yang mempunyai dasar dan berlaku secara umum dan niscaya/pasti
· Ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang disistemisasikan . Suatu pendekatan /metode pendekatan terhadap dunia empiris, yaitu dunia yang terkait dengan ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh panca indera manusia
· Science empircal, rational, general and cummulative and is all four one” (Ilmu ialah empiris, rasional, umum dan bertimbun-bersusun, dan semuanya serentak) (Ralph Ross)
· Ilmu adalah pengetahuan yang telah disitemisasikan, yakni disusun teratur mengenai suatu bidang tertentu yang jelas batas-batasnya mengenai sasaran, cara kerja, dan tujuannya. Ilmu diikat oleh suatu kesamaan cara kerja yang disebut metodologi (metode ilmiah), dan merupakan suatu disiplin ilmiah. Ilmu lahir Dari pengamatan yang cermat melalui mata, pencerapan indera, yakni mencerap melalui mata, telinga, hidung, otak dan lain-lain, baik dengan maupun tanpa menggunakan alat-alat bantuan (mikroskop, sinar X, teleskop, radio teleskop, potret prisma, high fidely microphone, dan sebagainya). Ilmu baru dikatakan ilmu kalau telah lengkap menyeluruh. Ilmu adalah pengetahuan yang telah menyempurnakan diri berdasarkan kumpulan data yang lebih lengkap dan perbaikan cara kerja terus menerus.[Halaman: 17-18]
SIFAT-SIFAT ILMU:
1. Rasional : (Proses pemikiran yang berlangsung dalam ilmu itu harus dan hanya tunduk pada hokum logika)
2. Empiris (Kesimpulan yang didapatnya harus dapat ditundukkan pada verifikasi pancaindera manusia)
3. Sistematis: (Fakta yang relevan itu harus disusun dalam suatu kebulatan yang konsisten)
4. Umum: ( harus dapat dipelajari oleh setiap orang tidak bersifat esoteric)
5. Akumulatif: (Kebenaran yang diperoleh selalu dapat dijadikan dasar memperoleh kebenaran)
[halaman 19-20]
Data Buku:
JUDUL : Rangkuman Ilmu Perbandingan Agama dan Filsafat
PENULIS:DR. Ali Anwar Yusuf. Drs. Tono.TP
PENERBIT: CV Pustaka Setia. Jl. BKR-LIngkar Selatan No. 162-164. Telp:(022-5210588-5224105.
ISBN: 979-739-585-6
CETAKAN: I : Oktober 2005
TEBAL: 232 halaman
Thursday, October 28, 2010
TIGA INSTITUSI KEBENARAN

TIGA INSTITUT KEBENARAN
(Sumber Ilmu-Filsafat & Agama- H.Endang Saifuddin Ashari, MA)
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk pencari kebenaran, karena dalam dirinya selalu diliputi oleh rasa keingintahuan. Nalarnya selalu menjelajah untuk menemukan kebenaran. Daya jelajah otak kadang terbatas, dan disertai keterbatasan daya tangkap indera, memungkinkan capaian terbatas. Namun ketika rasa ingin tahu yang tak mungkin terbendung manusia selalu mencari dan mencari. Terdapat tiga jalan untuk menghapiri kebenaran itu yakni, Agama, Filsafat dan Ilmu Pengetahuan. Namun ketiga jalan penemuan kebenaran itu memiliki kekhususan. Adapun kekhususan yang dimaksud adalah, adanya titik persamaan, adanya titik perbedaan namun juga ada titik singgung.
ILMU PENGETAHUAN:
Ilmu pengehtauan itu pada hakikatnya merupakan hasil usaha manusia yang kemudian disusun dalam satu system mengenai kenyataan, sturktur, pembagian., bagian-bagian dan hukum-hukum tentang asal muasal yang pernah diselidikinya, seperti: (alam, manusia dan juga agama) sejauh yang dapat dijangkau daya pemikiran manusia yang dibantu penginderaan, yang kebenarannya diverifikasi/diuji secara empiris, riset ataupun eksperimental.
FILSAFAT
Endang Saifuddin Anshari, MA (1979:157), mendefiniisikan filsafat sebagai hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami (mendalami dan menyelami) secara radikal dan integral hakikat sarwa yang ada:
(a) Hakekat Tuhan;
(b) hakekat alam semesta;
(c) hakekat manusia; serta sikap manusia termasuk sebagai konsekwensi daripada faham (pemahamnnya) tersebut.Untuk itulah dalam berfikir filsafat perlu dipahami karakteristik yang menyertainya, pertama, adalah sifat menyeluruh artinya seorang ilmuan tidak puas lagi mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu sendiri, tetapi melihat hakekat ilmu dalam konstalasi pengetahuan yang lainnya, kedua, sifat mendasar, artinya bahwa seorang yang berfikirfilsafat tidak sekedar melihat ke atas, tapi juga mampu membongkar tempat berpijak secara fundamental, dan ciri ketiga, sifat spekulatif, bahwa untuk dapat mengambil suatu kebenaran kita perlu spekulasi. Dari serangkaian spekulasi ini kita dapat memilih buah pikiran yang dapat diandalkan yang merupakan titik awal dari perjelajahan pengetahuan (Jujun, 1990:21-22)
AGAMA
Agama–pada umumnya– merupakan (1) satu sistem credo (tata keimanan atau tata keyakinan) atas adanya sesuatu yang mutlak di luar manusia; (2) satu sistem ritus (tata peribadatan) manusia kepada yang dianggapnya mutlak itu; (3) satu sistem norma (tata kaidah) yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dan alam lainnya, sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatan (Anshari, 1979:158).
Agama berbeda dengan sains dan filsafat karena agama menekankan keterlibatan pribadi. Kemajuan spiritual manusia dapat diukur dengan tingginya nilai yang tak terbatas yang ia berikan kepada obyek yang ia sembah. Seseorang yang religius merasakan adanya kewajiban yang tak bersyarat terhadap zat yang ia anggap sebagai sumber yang tertinggi bagi kepribadian dan kebaikan.Agama tak dapat dipisahkan dari bagian-bagian lain dari kehidupan manusia, jika ia merupakan reaksi terhadap keseluruhan wujud manusia terhadap loyalitasnya yang tertinggi. Sebaiknya, agama harus dapat dirasakan dan difikirkan: ia harus diyakini, dijelaskan dalam tindakan (Titus, 1987:414).
PERSAMAAN DAN PERBEDAAN:
Baik ilmu, filsafat ataupun agama bertujuan–sekurang-kurangnya berurusan dengan hal yang–sama yaitu kebenaran. Namun titik perbedaannya terletak pada sumbernya, ilmu dan filsafat berumur pada ra’yu (akal, budi, rasio, reason, nous, vede, vertand, vernunft) manusia. Sedangkan agama bersumberkan wahyu.Disamping itu ilmu pengetahuan mencari kebenaran dengan jalan penyelidikan (riset, research), pengalaman (empiri) dan percobaan (eksperimen) sebagai batu ujian. Filasafat menghampiri kebenaran dengan exploirasi akal budi secara radikal (mengakar); tidak merasa terikat oleh ikatan apapun, kecuali oleh ikatan tangannya sendiri bernama logika. Manusia mencari dan menemukan kebenaran dengan dan dalam agama dengan jalan mempertanyakan pelbagai masalah asasi dari atau kepada kitab suci.
Kebenaran ilmu pengetahuan adalah kebenaran positif (berlaku sampai dengan saat ini), kebenaran filsafat adalah kebenaran spekulatif (dugaan yang tidak dapat dibuktikan secara empiri, riset dan eksperimental). Baik kebenaran ilmu maupun kebenaran filsafat kedua-duanya nisbi (relatif). Sedangkan kebenaran agama bersifat mutlak (absolut) karena agama adalah wahyu yang diturunkan Allah.
Baik ilmu maupun filsafat dimulai dengan sikap sanksi dan tidak percaya. Sedangkan agama dimulai dengan sikap percaya atau iman (Annshari, 1996:158-160).
Thursday, October 7, 2010
OLAH AKAL BUDI

Buku ini layaknya buku filsafat ilmu lainnya, membentangkan hal ikhwal kehadiran Filsafat serta rincian terminologinya. Yang dibahas buku ini antara lain:
HAKIKAT FILSAFAT:
[]Ruang Lingkup dan Tujuan Kajian
[]Dasar-dasar Kefilsafatan
[]Hakikat Ontologi Filsafat
[]Hakikat Epistemologi Filsafat
[]Hakikat Axiologi Filsafat
[]Hakikat Manusia dan Kehidupan
LOGIKA FORMAL
[]Ruang Ligkup dan Kajian
[]Pengertian Logika Formal
[]Makna Pengertian dan Definisi
[]Makna Keputusan
[]Makna Proposisi Majemuk
[]Makna Penyimpulan dan Silogisme
LOGIKA MATERIAL
[]Ruang Lingkup dan Tujuan Kajian
[]Pengertian Logika Material
[]Asal-Usul Pengetahuan
[]Makna Batasan Benar dan Salah
[]Makna Kriterium
[]Makna Metode
HAKIKAT FILSAFAT ILMU
[]Ruang Lingkup dan Tujuan
[]Dasar-dasar Filsafat Ilmu
[]Hakikat Ontologi Ilmu
[]Hakikat Epistemologi Ilmu
[]Hakikat Aksiologi Ilmu
[]Hubungan Antara Filsafat, Ilmu, Agama dan Kehidupan
[]Hubungan Teori dengan penelitian Ilmiah
Data buku
JUDUL: Olah Akal Budi
PENULIS: Dr. Arifin MSi
PENERBIT: LILIN Pogung Lor Blok C-190 Sleman Yogyakarta. Telepon: (0274) 8268461. E-mail: redakililin@gmail.com
ISBN: 978-602-97511-0-9
TEBAL: 240 halaman. 14 x 21 cm
CETAKAN: 2010
[]
TERSARIKAN SEBUAH MANFAAT BERFILSAFAT:
KEGUNAAN FILSAFAT:
- Dengan filsafat, seseorang akan lebih menjadi manusia, karena terus melakukan perenungan dan menganalisa hakikat jasmani dan hakikat rokhani manusia dalam kehidupan di dunia agar bertindak bijaksana
- Dengan berfilsafat seseorang dapat memahami makna hakikat hidup manusia, baik dalam lingkup pribadi maupun social. Dengan berfilsafat seseorang akan mampu memberi arti terbaik, unggul dan integral terhadap makna hidup, dan sanggup memahami keunggulan dan kelemahan diri, sehingga dapat memperkokoh kepribadian diri
- Kebiasaan menganalisa segala sesuatu dalam hidup seperti yang diajarkan dalam metode berfilsafat, akan menjadikan seseorang cerdas, kritis, sistematis, dan obyektif dalam melihat dan memecahkan beragam problema kehidupan, sehingga mampu meraih kualitas, keunggulan dan kebahagiaan hidup
- Dengan berfilsafat manusia selalu dilatih, dididik untuk berpikir secara universal, multidimensional, komprehensif, dan mendalam. Dengan terlatihnya seseorang dalam melihat dan menganalisa hakikat segala sesuatu secara komprehensif dan mendalam, maka seseorang akan mampu meminimalisisr kecenderungan mentalitas negative, misalnya egoistis, individualistis, parsialis, dan diskriminatif. Beragam problem social akan bermunculan ketika mentalitas negative tersebut mendominasi setiap proses-proses social sehari-hri dalam kelompok
- Belajar filsafat akan melatih seseorang untuk mampu meningkatkan kualitas berpikir secara mandiri, mampu membangun pribadi yang berkarakter, tidak mudah terpengaruh oleh factor eksternal, tetapi disisi lain masih mampu mengakui harkat martabat orang lain. Karena itu, belajar filsafat akan mendorong tumbuhnya sikap mentela kompetitif secara sehat dan berkualitas
- Belajar filsafat akan memberikan dasar-dasar semua bidang kajian pengetahuan, memberikan pandangan yang sintesis atau pemahaman atas hakikat kesatuan semua pengetahuan yang baik. Karena berfikir filsafat selalu mendorong seseorang untuk membangun keterbukaan berpikir, ketelitian dan melakukan analisis terdalam, serta terdorong untuk melakukan inovasi berdasarkan penemuan terbaru (invention) (Jhonstone, H.W. 1968; Tafsir, 2004; Sudiarja, dkk.2006)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar